Iseng-iseng
mebuka-buka dokumentasi sebuah acara Training keluarga Islami beberapa bulan
yang lalu, membuka lagi mimpi lama yang sempat terkubur.
Membina
keluarga dakwah,keluarga tarbiyah.
Dalam
potret-potret itu terlihat betapa bersahajanya keluarga-keluarga tertarbiyah, bukan berarti
rumah tangga mereka tanpa masalah, tapi aura itu jelas terlihat, Kebersahajaan
Keluarga Tarbiyah.
Kenapa saya bilang mimpi yang
sempat terkubur?
Karena semakin kesini, ada
sedikit kegetiran melihat para pelaku tarbiyah mulai kehilangan konsep rumah
tangga dakwah yang dulu menjadi mainstream dalam membangun rumah tangga.
Pun terhadap penulis,
kehidupan heterogen yang menuntut kesiapan untuk terjun dalam masyarakat sosial
jika tidak didasari oleh landasan tarbiyah yang kuat, muwoshofat yang kokoh ,
dan konsep berdakwah yang benar, akan menggiring pelaku tarbiyah mengalami
sedikit penyimpangan dari poros yang menjadi panduan yang telah disepakati
bersama tentu saja berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Bagi akhwat mimpi itu sangat bergantung pada kondisi yang ada, dalam beberapa kasus terkadang faktor umur bagi
sebagian akhwat, terkadang “memaksa” untuk mengubur mimpi keluarga dakwah yang
menjadi cita-cita tarbiyahnya. Jika akhwat diharuskan mengunggu justru berbeda dengan ikhwan kesempatan memilih adalah faktor yang menentukan bagi mereka.
Masih ingat sebuah anekdot “ikhwan yang memilih, akhwat yang menentukan”,
terkadang kesempatan bagi akhwat untuk menentukan tidak pernah terjadi karena hadirnya
pilihan “diluar” bagi para ikhwan yang secara manusiawi bahkan syariah tidak bisa dipersalahkan,
entah dengan alasan ekspansi dakwah, ataupun alasan lainnya. Tanpa bermaksud
untuk menghakimi bahwa pilihan diluar sana bagi ikhwan tidak bisa menjadikan
keluarganya menjadi keluarga tarbiyah, namun ada sedikit disharmoni dalam
jumlah dan kesempatan, Wallahu a’lam.
Tidak bermaksud menyinggung siapa pun yang mampu membina keluarga tarbiyah dengan pilihan diluar sana, karena toh banyak contoh keluarga tarbiyah yang baru dibentuk bahkan lebih baik dan taat dibandingkan pilihan kedalam, sama sekali tidak.
Namun seperti halnya
cita-cita luhur sebuah tarbiyah, membangun keluarga tarbiyah bukan tidak
mungkin, ada banyak rintangan, halangan, kerikil, dan duri yang akan
menghalangi, tekad orang-orang yang benar. Sunnatullah jika suatu kebaikan akan
dikawal oleh seribu halangan, tetap berprasangka baik bahwa halangan dan
tantangan tersebut adalah sebuah pembuktian kita kepada Allah SWT, bahwa kita
mampu mengarungi segala tantangan, tentu saja dengan Ridho-Nya insha Allah.