Tuesday, September 19, 2017

Resensi Buku : "I love Homeschooling"



Judul buku : I love Homeschooling, segala sesuatu yang harus diketahui tentang Homeschooling
Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 – 979 – 22 – 7924 - 5



Buku  ini ditulis oleh Ibu Indah Hanaco seorang praktisi Home Schooling (HS), berangkat dari kegalauan beliau ketika anaknya berumur 11 tahun tiba-tiba minta belajar di rumah. Karakter anaknya yang dianggap aneh dilingkungan sekolah membuat dia tidak nyaman dan menjadi pemurung. Akhirnya dengan mengumpulkan berbagai informasi dan mengikuti komunitas pelaku HS, penulis menetapkan hati untuk melaksanakan HS, kisah perjalanan melaksanakan HS dan berbagai macam seluk beluknya dirangkum dalam buku ini.

Bab pertama dibuka dengan apa itu HS dan sejarahnya di Indonesia, secara sederhana HS bisa dijelaskan sebagai model pendidikan berbasis rumah, dengan orangtua sebagai penanggung jawab aktif serta fokus pada kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya, jadi HS ini bukanlah sebuah hal yang istimewa, mahal, bahkan aneh, karena sejatinya proses pendidikan memang tanggung jawab dasar orang tua terhadap anaknya, hanya saja di masa sekarang ini pandangan orang kebanyakan jika anak tidak bersekolah formal kesannya  lebih kearah negatif. Di Indonesia sendiri perkembangan HS sudah diakui keberadaannya sejak tahun 2003, dengan dikeluarkannya UU no 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan tentang adanya kegiatan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Sistem pendidikan di Indonesia, sekarang ini khususnya SD  mewajibkan anak-anak untuk menghabiskan 1.400 jam pelajaran sedangkan rekomendasi UNESCO hanya berkisar 800-900 jam pelajaran, sehingga anak-anak gampang merasa bosan, bahkan kelebihan beban pelajaran. Tidak hanya itu, fenomena yang terjadi saat ini antara lain bully, pacaran, dll membuat para orang tua merasa resah melepas anak-anaknya ke sekolah formal. HS menjadi salah satu alternative pola pendidikan anak yang relatif aman, selain itu pendidikan sesuai keinginan, fleksibiltas, belajar dari rasa ingin tahu, mandiri dan kesempatan mengenali potensi adalah nilai plus dari sistem HS ini.
Namun pertanyaan yang kemudian muncul, utamanya bagi yang ingin menjalankan HS adalah, bagaiman menjalankannya?, harus mulai dari mana?. Bagaimana kurikulum dan cara belajarnya?. Konsep HS adalah sistem yang berbasis kepada anak sebagai objek pendidikan, karenanya tidak perlu bingung karena sistem pendukung pendidikan seperti disebutkan tadi akan mudah ditentukan berdasarkan kebutuhan anak itu sendiri. Kurikulum pendidikan HS pun dengan mudah untuk diakses baik yang berbayar maupun yang gratis banyak tersedia sisa bagaimana orang tua mampu mengenali kebutuhan anak dalam belajar. Demikian pula dengan cara belajar, orang tua dapat dengan bebas untuk mengajarkan, mendampingi anak-anak sesuai dengan modalitas belajar yang paling dominan, baik audio, visual ataupun kinestetik.

Kenyataan lain yang menjadi sorotan adalah tentang biaya pendidikan, banyak yang beranggapan bahwa HS akan menghabiskan banyak sekali biaya dibandingkan dengan pendidikan konvensional. Padahal tidak demikian di buku ini dijelaskan bahwa justru dengan ber-HS orang tua dapat menyesuaikan biaya yang dikeluarkan dengan alokasi dana untuk pendidkan anak. Bagusnya lagi adalah orang tua dapat lebih kreatif untuk menghadirkan sarana pendidikan bagi anak-anaknya. Fenomena kedua yang menjadi bahasan adalah ijazah, jangan khawatir dengan adanya UU pendidikan nasional, peserta HS dengan mudah untuk memperoleh ijazah, baik dengan ijazah kesetaraan, ijazah yang melalui mekanisme ujian nasional bahkan ijazah dari luar negeri.

Pendidikan berbasis rumah di Indonesia sudah mulai berkembang, dimana-mana komunitas HS bermunculan mengumpulkan begitu banyak praktisi HS di negeri ini, dari sana pulalah diskusi antar pelaku HS berkembang, saling berbagi tentang plus dan minus HS menjadi bahan pelajaran satu dengan yang lain. Namun kesemuanya adalah upaya orang tua pelaku HS untuk menyelamatkan anak-anak agar mereka menjadi anak-anak yang sukses nantinya. Bukan berarti mengucilkan sistem pendidikan di negeri ini karena dimanapun atau bagaimanapun anak-anak belajar sukses dunia akhirat adalah tujuannya.

“Tidak peduli bagaimana sebuah berlian ditempa, karena pada akhirnya kilauannya lah yang akan membuat orang terpesona”


#Resensibuku
#BacaYuk

0 komentar:

Post a Comment