Saturday, November 5, 2016

Membangun Peradaban dari RUMAH #NHW3








Materi NHW3 kali ini adalah Membangun peradaban dari rumah, judul yang menurut saya mengandung makna yang  begitu besar, berat dan mulia, untuk dijalankan oleh dua orang manusia yang baru saja menapaki rumah tangga.

Namun begitu menurut narasumber Ibu Septi Peni bahwa  “ Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya  menuju peran peradabannya ”

Wow saya dan suami belum sampai ke pemahaman setinggi ini, bagi kami mengantarkan keluarga dan anak-anak selamat dunia akhirat itu adalah yang utama. Kami berdua masih dalam tahap merumuskan visi dan misi keluarga yang belum juga kelar (Hehehehehe)

Baiklah,....
Dalam upaya bersungguh-sungguh membangun peradaban manusia, khususnya mendidik anak-anak maka berkiut tugas #NHW3  saya :D


A.      Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Surat cinta yang saya buat saya kirim via WA, suratnya sengaja saya buat dini hari biar bisa konsentrasi dan menuliskan uneg-uneg heheheh.

Paginya suami saya membaca surat cinta yang saya kirim dan reaksi pertama dari suami saya adalah : “tulis apa sih itu pake Dar Dear” :D ahahahaha!!!!
Ternyata surat yang saya kirim meskipun tidak pake tagar tetap saja yang terbaca adalah Dear nya saja J.
Setelah itu baru ada sedikit diskusi dengan suami saya tentang keinginan dan cita-cita saya terhadap keluarga kami, Alhamdulillah ada sedikit respon dan kesimpulan kecil.
Yang pasti keinginan suami dan saya adalah membawa keluarga kami ke syurga, meskipun visi dan misi keluarga kami masih mencari bentuk dan masih berproses.


B.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
Anak saya Airish Hayatunnufus Azzakiah umurnya baru 1y2m… kondisi yang paling membuat saya sedih tentangnya untuk saat ini adalah, saya harus meninggalkan dia untuk bekerja, sementara saya titip di rumah dengan pengasuh. Dari diskusi panjang dan literatur serta pengalaman Ibu-ibu bekerja, kemuliaan keluarga memang bukan terletak pada bekerja atau tidak bekerjanya seorang Ibu di ranag publik, namun demikian keinginan saya untuk resign dan mendampingi serta mendidik anak saya secara langsung masih menjadi kegalauan yang terus saja menghantui saya.(Jiahhhhh jadi Curhat :D)
Meski demikian perkembangan Airish Alhamdulillah masih dapat saya pantau, dengan pedoman yang pernah dibagikan Ibu Septi paga Grup Matrikulasi maka berikut adalah perkembangan Airish di tahun kedua kehidupannya.








 


 

 
       



 
c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.
Potensi diri :
Saya adalah anak sulung dari 5 bersaudara , sejak lulus SMA Bapak saya sudah pension, Alhamdulillah ibu saya adalah seorang guru PNS, sehingga saya masih sanggup dikuliahkan oleh Ibu saya, Kondisi Ekonomi keluarga dengan 5 orang anak, pada saat itu mengalami pasang surut, tapi lebih banyak surutnya hehehehe.
Kondisi saya yang anak sulung pada saat itu mau tidak mau dengan sendirinya terbentuk menjadi pribadi yang keras, kaku dan sensitif, hal ini melatarbelakangi sikap saya yang kadang menjadi begitu kaku. Segera bekerja dan mendapat uang untuk membantu orang tua adalah target terdekat setelah kuliah, sehingga saya menjadi workaholic dan bekerja keras, serta mau mengorbankan apa saja demi keluarga utamanya Ibu.
Potensi Suami:
Suami adalah seorang laki laki yang cukup toleran, beliau sering membantu pekerjaan rumah, tipe konseptor dan senang merancang masa depan, meskipun saat ini masih sulit dalam menetapkan visi dan misi keluarga.

Kondisi keluarga saat ini:
Kondisi tersebut saat ini kembali menjadi ujian saya, suami saya orang Jawa rela meninggalkan pekerjaan dan kehidupannya demi hijrah ke kota Saya, mencari pekerjaan tetap di Kota saya tidak mudah dilakukan selama 2 tahun kami berkeluarga untuk sementara rezeki keluarga masih dititpkan lewat saya.
Mungkin Allah memberikan kondisi yang berulang kepada keluarga saya, agar saya dan suami bisa mengasah dan memperbaiki akhlak saya yang lain, mengembalikan fitrah kami yang tentu saja masih banyak yang ketinggalan dan perlu untuk  dimaksimalkan, sehingga kedepannya untuk membentuk fitrah anak bisa lebih mudah.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
Saat ini kami masih tinggal dengan orang tua dan saudara-saudara, tantangan didepan mata adalah bagaimana untuk sementara kami hidup dengan menerapkan toleransi yang tinggi, baik kami sebagai pribadi, sebagai individu dan sebagai keluarga.
 Ada beberapa nilai-nilai yang sebenarnya menjadi pakem keluarga kecil kami harus diturunkan standarnya, sehingga kehidupan keluarga kami bisa berjalan dengan baik.
Semoga dilingkungan baru kami nanti, kami dapat menerapkan nilai-nilai yang telah kami sepakati, dan dapat berkembang ke komunitas yang lebih luas, sejalan dengan misi awal keluarga kami yaitu bermanfaat bagi masyarakat sekitar  J




#NHW3 #IIPSulSel
Makassar 4/11/2016
Nur Hadijah Yunianti :D



0 komentar:

Post a Comment